FreeStyler Community Club ( FSC Club )
Welcome to FSC Club, Please Login first..
FreeStyler Community Club ( FSC Club )
Welcome to FSC Club, Please Login first..
FreeStyler Community Club ( FSC Club )
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

FreeStyler Community Club ( FSC Club )

Tempat Untuk Berbagi dan sharing tentang Freestyle Street Basketball (FSSB) No matter how skilled you are, you alone can't win the game.
 
IndeksLatest imagesPendaftaranLogin

 

 01 : Awal Mula Mimpi

Go down 
PengirimMessage
Admin
Admin
Admin
Admin


Jumlah posting : 12
Cendol : 27
Join date : 05.02.11

01 : Awal Mula Mimpi Empty
PostSubyek: 01 : Awal Mula Mimpi   01 : Awal Mula Mimpi Icon_minitimeFri Mar 11, 2011 7:29 pm

“hmm?”



Cahaya mentari menyinari wajahnya. Begitu lama hingga ku terbangun oleh panasnya mentari yang menyengat.



“AEH…”



Ku paksakan bangun dari kasur bututku sambil melihat jam beker lusuh.



“mm…”



Maklum, baru bangun jadi mata rada sikit ngabur. Di kucek-kucek 3 kali pun masih kabur. Jadi kuputuskan ke kamar ganti, cuci muka, gosok gigi. Ba...ru nengok jam lagi.



“hmm… jam 9 pagi toh…”



Dengan santai ku lempar beker lusuh tersebut ke kasur, ku ganti bajuku dengan baju yang biasa kupakai latihan basket. Tak sengaja, mataku melihat sesuatu tanda yang menarik di kalender.



“Tgl 25 Januari, latihan perdana Agen Freestyle.”



Merenung sebentar, aku ingat kalau aku ikut sebuah pelatihan bakat basket di sekolah 3 hari yang lalu. Aku lolos… dan hari ini…



“PUKIMAK! TELAT AKU!!”



Tanpa ba bi bu, aku langsung buka jendela kamar dan kabur ke sekolah sambil menenteng tas gandengku.



Di rumah, suara cempreng emak langsung berbunyi, “DIKI! MAKAN!!!!!”



Tapi tak kuhiraukan… kesempatan ini lebih berharga dari rotan emakku.



***



Namaku Diki. Aku cumin anak laki-laki berumur 15 tahun. Biasa anak muda, aku suka pada olahraga. Basket. Sudah jadi mimpiku kalau aku bisa maen basket hingga aku tua nanti. Moga-moga aja aku emang idup ampe tua. Takut-takutnya mati pula umur 20 an.



Aku sekarang sekolah di Kota Fuyuki, terletak jauh di sudut Jepang. Di sini, aku berusaha menggapai satu impian yang mungkin dikatakan orang “Omong kosong” bagi anak laki-laki dengan tinggi 180 cm seperti ku. Piala Freestyle Street Basketball.



Namun, kalau ku pikir, mimpiku itu memang penuh rintangan. Seperti pagi ini. Di hadang oleh pria dewasa dengan badan besar dan wajah nyeremin bak tukang potong ayam di samping rumahku.



“OI! JAM BERAPA INI HAH?!”



Salam yang hangat di pagi yang cerah.



“A-a-ampun pak..”



“AMPON AMPON PALA LO PEYANG! LO LOLOS PELATIHAN FSSB INI UNTUK MAEN-MAEN ATO MO SERIUS!? GW SUMPELIN PAKE BASKET BARU TAU LO!”



Buset dah, nih orang pelatih ato bandit sih? Bajunya sih emang baju basket. Baju basket Lakers dengan celana Bulls. Sepatu Nike putih. Rambut gaya Mohawk plus kacamata riben merah. Keren lah. Tapi gila, kok nyeremin yah.



“S-s-s-saya t-telat p-pak. M-m-maaf…”



“GA!” katanya keras sambil menunjukku dengan jari telunjuknya. “KELILING FULL-COURT BASKET 30 X PLUS PUSH UP 50 X. CEPAT!!!”



“IYA PAK!”



Mendengar teriakannya, aku langsung kabur keliling lapangan 30 x. betapa malunya aku dilihat oleh seluruh pelajar Freestyle yang laen. Terutama cewe. Ya ampon, naseb naseb. Kok bisa lah aku dapet masalah kayak gini.



***



Setelah menjalani hukuman “memalukan” (bukan melelahkan), aku langsung masuk ke barisan dengan derai tawa oleh pelajar Freestyler.



“Oke oke! Semua diam. Ini jadi pelajaran bagi kalian untuk tidak telat di saat pelatihan. Paham?!” Tanya pria yang menghukumku tadi. Semua dengan serentak (kecuali aku) berkoor



“PAHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAM”



“bagus. Oke, perkenalkan saya Tolare.”



Pria dengan wajah nyeremin itu memperkenalkan namanya dengan nama yang… wew… aneh… terdengar tertawa kecil dari barisan perempuan dan suara seperti menahan ketawa di barisan laki-laki.



“DIAM!”



Semuanya langsung diem.



“nama saya tidak lucu. CAMKAN itu!” penegasan yang kembali dilakukan oleh pria cadas tak berperikemanusiaan. Semuannya ngangguk ketakutan.



“saya akan menjadi pelatih kalian selama kalian berada di pelatihan ini untuk 2 hari. Ingat! Agar kalian mampu dilihat sebagai agen terbaik, kalian harus bisa lolos dalam seleksi 3 hari ini. Kemampuan kalian dalam kerja sama, bloking, reb, shooting, stealing, akan di lihat di pelatihan ini. Yang cacad akan out, dan yang pro akan di kirim ke Los Angeles sebagai Agen legal untuk mengikuti lomba 3 on 3 FSSB Championship.”



Akhir dari pidato tersebut disambut dengan deraian tepuk tangan oleh para pelajar freestyle. Harus kuakui, pidato dia mengunggah jiwa.



“Baik, semuanya lapangan dua untuk penetapan posisi kalian. AYO AYO AYO!!!”



Semuanya berlari, meninggalkanku yang belanga-belongo kebingungan.



“hah… lho? Kok pada lari semua?”



Lalu, sebuah bayangan gelap menutupiku dari belakang. Perasaan mencekam merasuk dalam tubuhku.



“KAU…MAU…LATIHAN…ATAU…TIDAK….”



Suara itu… suara pak Tolare…. Tak bisa berkata apa-apa, aku ngangguk.



“KLO BEGITU CEPAT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”



“I-IYA PAK!!!!”



***



Jam 1 siang…



“oke semua. Kita berhenti untuk makan siang sejenak. Setelah ini kita lanjut dengan praktek 2 on 2 Forward dan Guard. Semuanya bubar.”



Aku yang sedang mengelap mukaku yang penuh dengan keringat menghela nafas panjang.



“oalah nasib-nasib… kok ada lah ya guru najiz kayak gitu?”



“ya gitulah… namanya juga kita mau jadi Agen FSSB yang bagus…”



He? Siapa itu? Suaranya dari belakangku… ku cuba lihat kebelakang, seorang laki-laki dengan baju basket putih polos, celana basket biru, sepatu futsal (he???) dan bandana ijo tersenyum padaku.



“Yo! Apa kabar!”



“b-baek… siapa ya?”



Ia pun mengulurkan tangannya.



“kenalkan, namaku Park Dong Jon. Biasa dikenal dengan Park.”



Ku sambut tangannya. “namaku Diki.”



“kau pasti orang yang tadi terlambat ya?” kata Park seraya melepaskan jabatan tangannya.



“Ya… begitulah…”



“hahaha. Jangan khawatir. Lagi pula bagus kok kalau lari 30 x keliling lapangan.”



Mau protes ga bisa, ga protes juga rasanya ngeselin… Bangke…



“oh ya, bagaimana kalau kita makan siang juga? Kau mau?” tawar Park.



“boleh… aku pun lapar”



Dan kami pun bergerak menuju kantin. Setelah mengambil 2 potong roti, satu kotak kecil susu, dan juga sebuah apel, kami pun mengambil lapak di dekat lapangan satu basket.



“weh, rame nya lapangan satu ini…” kataku saat melihat banyaknya orang ambil lapak.



“namanya juga ini tempat bersejarah. Di sini lah tempat pemain dari kota Fuyuki berhasil mengalahkan Deer Antler dari Canada dalam 3 on 3. Mangkanya kota Fuyuki pun dijadikan tempat perekrutan Agent yang diperhitungkan organisasi FSSB.”



“ooo…” kataku takjub sambil mengunyah sepotong roti coklat.



“oh ya, apa posisi mu Diki?” Tanya Park.



“mm? angku gopipinya gopard.”



“ko ngomong itu pas ga makan bisa?”



Setelah kutelan makananku, “sorry. Aku Forward. Bagaimana dengan mu?”



“aku guard. Katanya aku jago 3 point. Aku rasa si hoki doank. Hehehe.”



“wow… hebat lah ya.”



Lima menit kami bercerita tentang Freestyle. Dan cerita kami dihentikan oleh priwitan si bapak Tolare yang terhormat.



“oke semua, kita akan mencoba 2 on 2 dengan komposisi Guard dan Forward. Bagi yang sudah memiliki sahabat Guard dan Forward, silahkan buat tim nya masing-masing.”



Teringat oleh Park, aku langsung mendatanginya. “oii park. Gmn? Mau ko setim ma aku?”



“boleh boleh. Ayo.”



***



“Pemain masuk, Diki dan Park melawan Dex dan Firvan. Pemegang bola pertama, Dex!”



Suara mic menggaung di pelatihan ini. Menandakan kami akan mulai pertandingannya.



“Dik, ko coba Screen aku. Nti klo aku pump, ko langsung drive ke ring.” Bisik Park. Aku mengangguk.



“START!”



Pertandingan pun dimulai, Park menjaga Dex sedangkan aku menjaga Firvan. Dex yang dari tadi memegan bola berusaha untuk melakukan shooting.



“Oii! Sini! Sini!”



Firvan melambaikan tangan sambil bergerak ke sana kemari mencari ruang kosong dari hadanganku. Namun, yang terjadi, Dex melakukan shooting.



DANG!



Bola memantul di samping kiri ring. Dengan cepat aku melakukan reb dan memberikan umpan pada Park.



“Dik! Yang tadi!”



Teriaknya sambil membawa ke sana kemari bola yang ia pegang. Aku pun segera melakukan assist pada Park.



“Shoot! Aku Screen.” Teriakku sambil menghadang gerakan Dex. Dia tak sengaja terjatuh saat dia mencoba melewati screen-ku sedang Fizvar terlambat melakukan block.



PLUK!



“ 3 point untuk Diki dan Park.”



Yes, kami berhasil memasukkan bola yang pertama. Setelah melakukan tos, kami [un kembali ke posisi masing-masing.



Pertandingan pun tidak jauh berubah, mereka berusaha mengejar, namun Dex tetap seperti itu, tidak mau memberikan bola pada Fizvar. Dan dari ini, aku pun mengambil pelajaran yang sangat berharga. Tidak boleh egois, maruk, serakah, whatever you call it. Klo bukan 1 on 1 match, maka teamwork lah yang akan menang.



***



5 menit berlalu, pemenangnya ada lah kami dengan skor 23-16. Kulihat di dekat ring, Fizvar dan Dex sedang adu mulut yang sedang dilerai oleh asisten pelatih.



“gimana? Lelah?” Tanya park sambil menyodorkan sebotol air mineral.



“yah begitulah.” Kataku sambil mengambil botol yang ia berikan.



“pertandingan yang bagus. Kita bisa menang klo begini terus.”



“hahahha. Moga-moga aja kita ga sombong.”



***



“pertandingannya kita hentikan hari ini. Besok kita akan melakukan latihan lari dan shooting. Persiapkan dengan matang besok, DAN JANGA TELAT! MENGERTI!”



Sore hari ini, pelatihan ditutup dengan teriakan MENGERTI para pelajar.



“hah… kayaknya bapak itu sentiment sama aku… cacad lah…” kataku sambil menenteng tas dan bergerak pulang.



“OIII! TUNGGU!”



Hmm…? Ada orang yang berteriak di belakang. Ku lihat, si park sedang berlari ke arahku.

“hmm? Kenapa?”



“ini bro!”



Ia menyodorkan sebuah uang 1000 yen padaku.



“HEEE!? Apa ini!?”



“ini hadiah Karena pertandingan kita dari bapak Tolare. Mangkanya aku agak telat keluar.” Jelas Park sambil meletakkan 1000 Yen itu ke kantong celanaku.



“kan bisa besok…”



Tiba-tiba Park menjewer kupingku.



“Dia maksa hari ini duit itu harus dikasih. Klo tidak, alamak mampus aku.”



“ooo…”



“ya sudah, klo begitu, aku pulang dulu! Da!”



Teriaknya sambil nyelonor pergi.



“ada-ada saja…”



Aku pun pulang dengan santai ke rumah…. Dengan sambutan rotan Emakku.



“KEMANA AJA KAU HAHH!!!!” teriak Emakku sambil bawa rotan yang jadi fungsi pentungan di tangannya.



“Ampon makk!!!!”



















Next : Tanpa banyak bicara…

01 : Awal Mula Mimpi

“hmm?”

Cahaya mentari menyinari wajahnya. Begitu lama hingga ku terbangun oleh panasnya mentari yang menyengat.

“AEH…”

Ku paksakan bangun dari kasur bututku sambil melihat jam beker lusuh.

“mm…”

Maklum, baru bangun jadi mata rada sikit ngabur. Di kucek-kucek 3 kali pun masih kabur. Jadi kuputuskan ke kamar ganti, cuci muka, gosok gigi. Baru nengok jam lagi.

“hmm… jam 9 pagi toh…”

Dengan santai ku lempar beker lusuh tersebut ke kasur, ku ganti bajuku dengan baju yang biasa kupakai latihan basket. Tak sengaja, mataku melihat sesuatu tanda yang menarik di kalender.

“Tgl 25 Januari, latihan perdana untuk 1 on 1.”

Merenung sebentar, aku ingat kalau aku ikut sebuah pelatihan bakat basket di sekolah 3 hari yang lalu. Aku lolos… dan hari ini…

“PUKIMAK! TELAT AKU!!”

Tanpa ba bi bu, aku langsung buka jendela kamar dan kabur ke sekolah sambil menenteng tas gandengku.

Di rumah, suara cempreng emak langsung berbunyi, “DIKI! MAKAN!!!!!”

Tapi tak kuhiraukan… kesempatan ini lebih berharga dari rotan emakku.

***

Namaku Diki. Aku cumin anak laki-laki berumur 15 tahun. Biasa anak muda, aku suka pada olahraga. Basket. Sudah jadi mimpiku kalau aku bisa maen basket hingga aku tua nanti. Moga-moga aja aku emang idup ampe tua. Takut-takutnya mati pula umur 20 an.

Aku sekarang sekolah di Kota Fuyuki, terletak jauh di sudut Jepang. Di sini, aku berusaha menggapai satu impian yang mungkin dikatakan orang “Omong kosong” bagi anak laki-laki dengan tinggi 180 cm seperti ku. Piala Freestyle Street Basketball.

Namun, kalau ku pikir, mimpiku itu memang penuh rintangan. Seperti pagi ini. Di hadang oleh pria dewasa dengan badan besar dan wajah nyeremin bak tukang potong ayam di samping rumahku.

“OI! JAM BERAPA INI HAH?!”

Salam yang hangat di pagi yang cerah.

“A-a-ampun pak..”

“AMPON AMPON PALA LO PEYANG! LO LOLOS PELATIHAN FSSB INI UNTUK MAEN-MAEN ATO MO SERIUS!? GW SUMPELIN PAKE BASKET BARU TAU LO!”

Buset dah, nih orang pelatih ato bandit sih? Bajunya sih emang baju basket. Baju basket Lakers dengan celana Bulls. Sepatu Nike putih. Rambut gaya Mohawk plus kacamata riben merah. Keren lah. Tapi gila, kok nyeremin yah.

“S-s-s-saya t-telat p-pak. M-m-maaf…”

“GA!” katanya keras sambil menunjukku dengan jari telunjuknya. “KELILING FULL-COURT BASKET 30 X PLUS PUSH UP 50 X. CEPAT!!!”

“IYA PAK!”

Mendengar teriakannya, aku langsung kabur keliling lapangan 30 x. betapa malunya aku dilihat oleh seluruh pelajar Freestyle yang laen. Terutama cewe. Ya ampon, naseb naseb. Kok bisa lah aku dapet masalah kayak gini.

***

Setelah menjalani hukuman “memalukan” (bukan melelahkan), aku langsung masuk ke barisan dengan derai tawa oleh pelajar Freestyler.

“Oke oke! Semua diam. Ini jadi pelajaran bagi kalian untuk tidak telat di saat pelatihan. Paham?!” Tanya pria yang menghukumku tadi. Semua dengan serentak (kecuali aku) berkoor “PAHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAM”

“bagus. Oke, perkenalkan saya Tolare.”

Pria dengan wajah nyeremin itu memperkenalkan namanya dengan nama yang… wew… aneh… terdengar tertawa kecil dari barisan perempuan dan suara seperti menahan ketawa di barisan laki-laki.

“DIAM!”

Semuanya langsung diem.

“nama saya tidak lucu. CAMKAN itu!” penegasan yang kembali dilakukan oleh pria cadas tak berperikemanusiaan. Semuannya ngangguk ketakutan.

“saya akan menjadi pelatih kalian selama kalian berada di pelatihan ini untuk 2 hari. Ingat! Agar kalian mampu dilihat sebagai agen terbaik, kalian harus bisa lolos dalam seleksi 3 hari ini. Kemampuan kalian dalam kerja sama, bloking, reb, shooting, stealing, akan di lihat di pelatihan ini. Yang cacad akan out, dan yang pro akan di kirim ke Los Angeles sebagai Agen legal untuk mengikuti lomba 3 on 3 FSSB Championship.”

Akhir dari pidato tersebut disambut dengan deraian tepuk tangan oleh para pelajar freestyle. Harus kuakui, pidato dia mengunggah jiwa.

“Baik, semuanya lapangan dua untuk penetapan posisi kalian. AYO AYO AYO!!!”

Semuanya berlari, meninggalkanku yang belanga-belongo kebingungan.

“hah… lho? Kok pada lari semua?”

Lalu, sebuah bayangan gelap menutupiku dari belakang. Perasaan mencekam merasuk dalam tubuhku.

“KAU…MAU…LATIHAN…ATAU…TIDAK….”

Suara itu… suara pak Tolare…. Tak bisa berkata apa-apa, aku ngangguk.

“KLO BEGITU CEPAT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

“I-IYA PAK!!!!”

***

Jam 1 siang…

“oke semua. Kita berhenti untuk makan siang sejenak. Setelah ini kita lanjut dengan praktek 2 on 2 Forward dan Guard. Semuanya bubar.”

Aku yang sedang mengelap mukaku yang penuh dengan keringat menghela nafas panjang.

“oalah nasib-nasib… kok ada lah ya guru najiz kayak gitu?”

“ya gitulah… namanya juga kita mau jadi Agen FSSB yang bagus…”

He? Siapa itu? Suaranya dari belakangku… ku cuba lihat kebelakang, seorang laki-laki dengan baju basket putih polos, celana basket biru, sepatu futsal (he???) dan bandana ijo tersenyum padaku.

“Yo! Apa kabar!”

“b-baek… siapa ya?”

Ia pun mengulurkan tangannya.

“kenalkan, namaku Park Dong Jon. Biasa dikenal dengan Park.”

Ku sambut tangannya. “namaku Diki.”

“kau pasti orang yang tadi terlambat ya?” kata Park seraya melepaskan jabatan tangannya.

“Ya… begitulah…”

“hahaha. Jangan khawatir. Lagi pula bagus kok kalau lari 30 x keliling lapangan.”

Mau protes ga bisa, ga protes juga rasanya ngeselin… Bangke…

“oh ya, bagaimana kalau kita makan siang juga? Kau mau?” tawar Park.

“boleh… aku pun lapar”

Dan kami pun bergerak menuju kantin. Setelah mengambil 2 potong roti, satu kotak kecil susu, dan juga sebuah apel, kami pun mengambil lapak di dekat lapangan satu basket.

“weh, rame nya lapangan satu ini…” kataku saat melihat banyaknya orang ambil lapak.

“namanya juga ini tempat bersejarah. Di sini lah tempat pemain dari kota Fuyuki berhasil mengalahkan Deer Antler dari Canada dalam 3 on 3. Mangkanya kota Fuyuki pun dijadikan tempat perekrutan Agent yang diperhitungkan organisasi FSSB.”

“ooo…” kataku takjub sambil mengunyah sepotong roti coklat.

“oh ya, apa posisi mu Diki?” Tanya Park.

“mm? angku gopipinya gopard.”

“ko ngomong itu pas ga makan bisa?”

Setelah kutelan makananku, “sorry. Aku Forward. Bagaimana dengan mu?”

“aku guard. Katanya aku jago 3 point. Aku rasa si hoki doank. Hehehe.”

“wow… hebat lah ya.”

Lima menit kami bercerita tentang Freestyle. Dan cerita kami dihentikan oleh priwitan si bapak Tolare yang terhormat.

“oke semua, kita akan mencoba 2 on 2 dengan komposisi Guard dan Forward. Bagi yang sudah memiliki sahabat Guard dan Forward, silahkan buat tim nya masing-masing.”

Teringat oleh Park, aku langsung mendatanginya. “oii park. Gmn? Mau ko setim ma aku?”

“boleh boleh. Ayo.”

***

“Pemain masuk, Diki dan Park melawan Dex dan Firvan. Pemegang bola pertama, Dex!”

Suara mic menggaung di pelatihan ini. Menandakan kami akan mulai pertandingannya.

“Dik, ko coba Screen aku. Nti klo aku pump, ko langsung drive ke ring.” Bisik Park. Aku mengangguk.

“START!”

Pertandingan pun dimulai, Park menjaga Dex sedangkan aku menjaga Firvan. Dex yang dari tadi memegan bola berusaha untuk melakukan shooting.

“Oii! Sini! Sini!”

Firvan melambaikan tangan sambil bergerak ke sana kemari mencari ruang kosong dari hadanganku. Namun, yang terjadi, Dex melakukan shooting.

DANG!

Bola memantul di samping kiri ring. Dengan cepat aku melakukan reb dan memberikan umpan pada Park.

“Dik! Yang tadi!”

Teriaknya sambil membawa ke sana kemari bola yang ia pegang. Aku pun segera melakukan assist pada Park.

“Shoot! Aku Screen.” Teriakku sambil menghadang gerakan Dex. Dia tak sengaja terjatuh saat dia mencoba melewati screen-ku sedang Fizvar terlambat melakukan block.

PLUK!

“ 3 point untuk Diki dan Park.”

Yes, kami berhasil memasukkan bola yang pertama. Setelah melakukan tos, kami [un kembali ke posisi masing-masing.

Pertandingan pun tidak jauh berubah, mereka berusaha mengejar, namun Dex tetap seperti itu, tidak mau memberikan bola pada Fizvar. Dan dari ini, aku pun mengambil pelajaran yang sangat berharga. Tidak boleh egois, maruk, serakah, whatever you call it. Klo bukan 1 on 1 match, maka teamwork lah yang akan menang.

***

5 menit berlalu, pemenangnya ada lah kami dengan skor 23-16. Kulihat di dekat ring, Fizvar dan Dex sedang adu mulut yang sedang dilerai oleh asisten pelatih.

“gimana? Lelah?” Tanya park sambil menyodorkan sebotol air mineral.

“yah begitulah.” Kataku sambil mengambil botol yang ia berikan.

“pertandingan yang bagus. Kita bisa menang klo begini terus.”

“hahahha. Moga-moga aja kita ga sombong.”

***

“pertandingannya kita hentikan hari ini. Besok kita akan melakukan latihan lari dan shooting. Persiapkan dengan matang besok, DAN JANGA TELAT! MENGERTI!”

Sore hari ini, pelatihan ditutup dengan teriakan MENGERTI para pelajar.

“hah… kayaknya bapak itu sentiment sama aku… cacad lah…” kataku sambil menenteng tas dan bergerak pulang.

“OIII! TUNGGU!”

Hmm…? Ada orang yang berteriak di belakang. Ku lihat, si park sedang berlari ke arahku.

“hmm? Kenapa?”

“ini bro!”

Ia menyodorkan sebuah uang 1000 yen padaku.

“HEEE!? Apa ini!?”

“ini hadiah Karena pertandingan kita dari bapak Tolare. Mangkanya aku agak telat keluar.” Jelas Park sambil meletakkan 1000 Yen itu ke kantong celanaku.

“kan bisa besok…”

Tiba-tiba Park menjewer kupingku.

“Dia maksa hari ini duit itu harus dikasih. Klo tidak, alamak mampus aku.”

“ooo…”

“ya sudah, klo begitu, aku pulang dulu! Da!”

Teriaknya sambil nyelonor pergi.

“ada-ada saja…”

Aku pun pulang dengan santai ke rumah…. Dengan sambutan rotan Emakku.

“KEMANA AJA KAU HAHH!!!!” teriak Emakku sambil bawa rotan yang jadi fungsi pentungan di tangannya.

“Ampon makk!!!!”



















Next : Tanpa banyak bicara…
Kembali Ke Atas Go down
https://fscx.indonesianforum.net
 
01 : Awal Mula Mimpi
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FreeStyler Community Club ( FSC Club ) :: FSC, Cafe :: Novel FreeStyle-
Navigasi: